Selasa, 21 Januari 2014

AMBALAN PATIMURA CUT MUTIA PANGKALAN MA TARIS PUCAKWANGI

AMBALAN
Yakni suatu satuan pramuka penegak yang terdiri dari beberapa satuan kecil yang disebut sangga (terdiri dari 5-10 anak).
Ambalan diberi kode nama pahlawan dan di pimpin seorang pradana. Ambalan terdiri dari 4 sangga. Sangga itu sendiri ada lima macam: sangga pencoba, perintis, pendobrak, penegas dan pelaksan.

Ambalan
MA Tarbiyatul Islamiyah
Pada hari senin 21 Oktober 2000, Kak Rohmat dkk mencetuskan ambalan Patimura dan Cut Mutia sebagai ambalan dari pangkalan MA Tarbiyatul Islamiyah. Saat itu Pradana Putra Kak Rohmat (Ngobongan-Tanjungsekar) dan Pradana Putri Kak Prapti (Njodag-Pelemgede), dengan jumlah anggota 21 anak. Ka Gudep Kak Sunarno dan Kamabigusnya M. Ansori S.Ag. serta pembinanya Kak Sulistyo Wijayanto (Kak Tyo) bersama Kak Purwanto.

Arti Lambang
Ambalan Patimura dan Cut Mutia















K Patimura »»»
a)       bentuk perisai                :
pramuka sebagai pelindung
b)       tulisan PATIMURA :
pahlawan sekaligus tokoh agama islam yang sesuai dengan karaketer TARIS
c)       garis putus-putus
persaudaraan
d)       warna dasar abu-abu :
kedewasaan PATIMURA
e)       stupa hitam :
identitas Jawa Tengah
f)        obor :
semangat yang membara
g)       tiga jilatan api :
trisatya
h)       padi dan kapas :
murah sandang pangan
i)         kitab :
sumber ajaran agama
j)        tunas kelapa :
lambang Gerpram
k)       merah putih :
pramuka di bawah naungan merah putih
l)         21 10 2000
21 : tgl pencetusan
10 : bln pencetusan
2000 : tahun pencetusan
m)     XI.1816.1487
XI. Kwarda Jateng
18 Kwarcab Pati
16. Kwaran Pucakwangi
1487                gudep PRAPTI (Pa)





K Cut mutia»»»
a)       bentuk lingkaran :
persatuan
b)       garis putus-putus
persaudaraan
c)       tulisan CUT MUTIA :
pahlawan kemerdekaan yang sesuai karakter TARIS
d)       warna dasar kuning :
kedewasaan CUT MUTIA
e)       bunga tripoil :
janji sci (tri satya)
f)        bintang :
ketuhanan
g)       tali ikat bawah:
kasih sayang seorang penegak PRAPTI
h)       10 jilatan api :
Dasadharma
i)         merah putih :
pramuka di bawah naungan merah putih
j)        21 10 2000
21 : tgl pencetusan
10 : bln pencetusan
2000 : tahun pencetusan
k)       XI.1816.1488
XI. Kwarda Jateng
18 Kwarcab Pati
16. Kwaran Pucakwangi
1488                gudep PRAPTI (Pi)


SEJARAH
PATIMURA DAN CUT MUTIA
K      Patimura »»»
Pahlawan Nasional dari Maluku Kapitan Pattimura (1783 -1817)
Lahir : Saparua, Maluku, 8 Juni 1783
Wafat : Ambon, 16 Desember 1817
Makam : Ambon

Kapitan Pattimura yang bernama asli Kapitan Ahmad `Pattimura’ Lussy. Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi di zaman ini dia lebih dikenal dengan nama Thomas Mattulessy yang identik Kristen.Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minoritas atas sejarah pejuang Muslim di Maluku. Beliau  lahir di Negeri Haria, Saparua, Maluku tahun 1783.
Pada tahun 1798, wilayah Maluku yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda berganti dikuasai oleh pasukan Inggris. Ketika pemerintahan Inggris berlangsung, Thomas Matulessy sempat masuk dinas militer Inggris dan terakhir berpangkat Sersan Mayor.
Namun setelah 18 tahun pemerintahan Inggris di Maluku, tepatnya pada tahun 1816, Belanda kembali berkuasa di Maluku karena terikat pada Konvensi London (13 Agustus 1814), yaitu perjanjian yang mewajibkan Inggris untuk mengembalikan wilayah Nusantara kepada Belanda, termasuk Maluku. Begitu pemerintahan Belanda kembali berkuasa, rakyat Maluku langsung mengalami penderitaan. Berbagai bentuk tekanan sering terjadi, seperti bekerja rodi, pemaksaan penyerahan hasil pertanian, dan lain sebagainya. Tidak tahan menerima tekanan-tekanan tersebut, akhirnya rakyat pun sepakat untuk mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri. Perlawanan yang awalnya terjadi di Saparua itu kemudian dengan cepat merembet  ke daerah lainnya diseluruh Maluku.
Di Saparua, Thomas Matulessy dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura.
Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta.Pada tanggal 14 Mei 1817, seluruh rakyat Saparua bersumpah setia dan mangangkat Thomas Mattulessi sebagai Kapitan Pattimura untuk melakukan pemberontakan terhadap Belanda. Pada tanggal 16 Mei 1817, Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede dan menewaskan Residen Van den Berg. Perjuangan Kapitan Pattimura dibantu oleh Paulus Tiahahu dari Nusa Laut, Anthony Reebook wakilnya di Saparua, dan Kapitan Philip Latumahina.
Akibat pengkhianatan Raja Booi dan politik devide et empera, akhirnya pada tanggal 11 November 1817 Pattimura bersama beberapa anggota pasukannya berhasil ditangkap oleh Belanda di sebuah rumah di Siri Sori. Benteng Duurstede pun kembali direbut oleh Belanda. Beliau dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.

Akhirnya pada tanggal 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura, Anthony Reebook, Philip Latumahina, dan Said Parintah dihukum mati dengan cara digantung di depan Bentang Nieuw Victoria di Ambon. Sementara itu, Paulus Tiahahu dihukum tembak mati di depan rakyatnya di Nusa Laut.

Satu hari sebelum eksekusi hukuman gantung dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan kesetian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu.

Untuk menghormati jasa-jasa Kapitan Pattimura berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 087/TK//1973, beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah.

Dari perjuangannya dia meninggalkan pesan tersirat kepada pewaris bangsa ini agar sekali-kali jangan pernah menjual kehormatan diri, keluarga, terutama bangsa dan Negara ini.







K      Cut mutia »»»
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Cut Nyak Meutia (1870-1910)
Lahir :
Keureuto, Pirak, Aceh Utara(1870)
Meninggal :
Pasai, Aceh Utara, 24 Oktober 1910
Suami:
-   Suami pertama :
Teuku Muhammad (Teuku Cik Tunong) meninggal Mei 1905
-   Suami kedua :
Pang Nangru (Pang Nanggroe) meninggal September 1910 di Paya Cicem
Anak :
Raja Sabil
Perjuangan:
Perang gerilya di daerah Pasai

Pameo yang mengatakan wanita sebagai insan lemah dan harus selalu dilindungi tidak selamanya benar. Itu dibuktikan oleh Cut Nyak Meutia, wanita asal Nangroe Aceh Darussalam, yang terus berjuang melawan Belanda hingga tewas diterjang tiga peluru di tubuhnya.
Wanita kelahiran Pirak, Matang kuli, Aceh Utara, tahun 1870, ini adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.

Tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus, ketika itulah Cut Nyak Meutia dilahirkan.

Ketika sudah beranjak dewasa, dia menikah dengan Teuku Muhammad, seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. Walaupun ketika masih kecil ia sudah ditunangkan dengan seorang pria bernama Teuku Syam Syarif, tetapi ia memilih menikah dengan Teuku Muhammad, pria yang sangat dicintainya.

Pasukan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin pasangan suami istri itu melakukan taktik perang gerilya. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie.

Sudah banyak kerugian pemerintahan Belanda baik berupa pasukan yang tewas maupun materi diakibatkan perlawanan pasukan Cut Nyak Meutia. Karenanya, melalui pihak keluarga Meutia sendiri, Belanda selalu berusaha membujuknya agar menyerahkan diri. Namun Cut Nyak Meutia tidak pernah tunduk terhadap bujukan yang terkesan memaksa tersebut.

Bersama suaminya, tanpa kenal takut dia terus melakukan perlawanan. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong, suaminya. Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak.

Setelah kematian Teuku Cik Tunong, Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, pria yang ditunjuk dan dipesan suami pertamanya sebelum menjalani hukuman tembak. Pang Nangru adalah teman akrab dan kepercayaan suami pertamanya, Teuku Cik Tunong.

Bersama Pang Nangru, Cut Meutia meneruskan perjuangan dengan lebih dahsyat. Menghadapi keadaan itu, pasukan Belanda semakin takut terhadap Srikandi dari Tanah Rencong itu.

Namun, pada sebuah pertempuran, di Paya Cicem pada bulan September tahun 1910, Pang Nangru juga tewas di tangan pasukan Belanda. Sementara Cut Nyak Meutia dengan 45 pasukan yang tersisa berhasil meloloskan diri. Bersama pasukannya yang hanya memiliki 13 pucuk senjata, Cut Meutia melanjutkan perang secara bergerilya. Raja Sabil, putra Cut Meutia yang baru berumur 11 tahun, selalu mengikuti ibunya pergi berjuang.

Pada tahun 1903, Sultan Mahmud Daud Syah terpaksa menyerah kepada Belanda. Peristiwa itu disusul dengan menyerahnya raja-raja lain, seperti pasukan yang dipimpin oleh Panglima Polim. Melihat kenyataan itu, Cut Meutia tidak sedikitpun mengendurkan nyalinya dalam berjuang.

Rahasia tempat persembunyiannya terbongkar. Dalam suatu pengepungan yang rapi dan ketat pada tanggal 24 Oktober 1910, dia berhasil ditemukan. Belanda langsung mengerahkan pasukannya menyerbu tempat persembunyian itu.

Dengan hanya bersenjata sebilah rencong dan pedang, ia maju paling depan untuk memimpin pasukannya. Bagai singa terluka, Cut Meutia menyerang, menebas dan menerjang lawan tanpa rasa gentar. Banyak pasukan Belanda yang tewas. Di tengah pertempuran, Dia pun gugur setelah sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah lainnya mengenai dadanya. Darah mengucur deras. Akhirnya, Cut Meutia gugur di medan pertempuran sebagai pejuang dari tanah rencong.

Cut Meutia dengan gagah berani membuktikan kecintaannya kepada nusa dan bangsanya. Ia membela dan memperjuangkan kedaulatan bangsa sampai titik darah penghabisan. Itulah yang dilakukan Cut Meutia. Atas jasa-jasa yang tak ternilai harganya, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.107 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Ia pun dijuluki sebagai Mujahidah dari Tanah Rencong.

Moral :
Janganlah cepat menyerah  dalam perjuangan apa pun. Sepanjang masih ada kesempatan gunakan untuk meraih hasil sebaik-baiknya. Semoga cita-cita dan semangat juang Cut Meutia bisa dicontoh oleh generasi penerus bangsa.